Taukah Kamu: Perkembangan Tongkonan
Dilihat dari bentuk atap dan penampilan bangunan secara keseluruhan, arsitektur tongkonan memang sangat unik. Keindahan arsitektur tongkonan saat ini tentu bukan terjadi secara tiba-tiba. Ada proses perkembangan panjang sehingga tongkonan menjadi bentuknya seperti saat ini. Perkembangan yang terjadi pada tongkonan menyangkut penggunaan ruangan, pemakaian bahan, bentuk, hingga pada cara membangun.
Berikut ini proses perkembangantongkonan dari hasil penelitian mahasiswa Universitas Indonesia dalam Kuliah Kerja Toraja 1975. Bentuk rumah pertama yang dikenal masyarakat Toraja masih sangat sederhana. Bangunannya berupa atap yang disangga dangan dua tiang dan dinding tebing. Bangunan semacam pondok tersebut diberi nama lantang tolumio.
Pada tahap kedua rumah dibuat dengan memanfaatkan empat pohon yang berdekatan. Keempat batang pohon tersebut dijadikan sebagai tiang. Karena letaknya di atas pohon, bentuk rumah ini disebut pondok pipit atau dikenal juga dengan nama pandoko dena.
Pada tahap ketiga, rumah dibuat menggunakan dua pohon dan satu tiang buatan. Kedua batang pohon dimanfaatkan sebagai tiang. Bangunan tersebut dikenal dengan nama re'neba longtongapa.
Pada tahap keempat, bentuk rumah panggung disangga dengan empat tiang buatan. Di bagian bawahnya dapat dimanfaatkan untuk menyimpan padi (paliku). Inilah awal mula dikenalnya lumbung.
Pada tahap berikutnya adalah bentuk rumah panggung sederhana. Bangunan sudah dilengkapi dengan atap, dinding, dan pintu. Bagian kolong rumah dimanfaatkan sebagai kandang hewan sehingga lebih aman. Kolong tersebut dibuat dengan menyusun beberapa batang kayu secara horizontal.
Pada tahap berikutnya sudah terjadi perkembangan dalam hal atap, fungsi ruang, dan bahan. Bangunan sudah menggunakan tiang-tiang yang dipasang secara vertikal meskipun jumlahnya masih terbatas. Bentuk atap mulai dibuat menjorok ke depan dan menggunakan bahan dari bambu. Namun, garis teratas pada atap masih datar. Pada tahap ini mulai dikenal adanya ukiran pada dinding papan dan tiang penyangga. Bentuk bangunan ini dinamakan banua mellao langi.
Pada tahap ketujuh terjadi perkembangan pada lantai. Perubahan yang terjadi pada lantai disesuaikan dengan fungsinya. Bentuk rumah ini dikenal dengan nama banua bilolong tedon.
Pada tahap berikutnya mulai dikenal adanya tangga dibagian depan. Selain itu, masih ada perkembangan pada lantainya. Pada tahap ini masih terjadi perubahan pada lantai. Fungsi lantai ruang menjadi lebih sempurna. Letak tangga dipindah ke bagian bawah rumah panggung. Bentuk bangunan hasil perkembangan ini disebut banua diposi.
Perkembangan berikutnya terjadi pada lantai yang menjadi datar. Setelah itu perkembangan yang terjadi lebih banyak karena kebutuhan ruang dan konstruksi serta bahan yang dipakai. Untuk bangunan baru mulai digunakan bahan-bahan modern, seperti seng, sirap, paku, dan sebagainya.
Pada tahap ketiga, rumah dibuat menggunakan dua pohon dan satu tiang buatan. Kedua batang pohon dimanfaatkan sebagai tiang. Bangunan tersebut dikenal dengan nama re'neba longtongapa.
Pada tahap keempat, bentuk rumah panggung disangga dengan empat tiang buatan. Di bagian bawahnya dapat dimanfaatkan untuk menyimpan padi (paliku). Inilah awal mula dikenalnya lumbung.
Pada tahap berikutnya adalah bentuk rumah panggung sederhana. Bangunan sudah dilengkapi dengan atap, dinding, dan pintu. Bagian kolong rumah dimanfaatkan sebagai kandang hewan sehingga lebih aman. Kolong tersebut dibuat dengan menyusun beberapa batang kayu secara horizontal.
Pada tahap berikutnya sudah terjadi perkembangan dalam hal atap, fungsi ruang, dan bahan. Bangunan sudah menggunakan tiang-tiang yang dipasang secara vertikal meskipun jumlahnya masih terbatas. Bentuk atap mulai dibuat menjorok ke depan dan menggunakan bahan dari bambu. Namun, garis teratas pada atap masih datar. Pada tahap ini mulai dikenal adanya ukiran pada dinding papan dan tiang penyangga. Bentuk bangunan ini dinamakan banua mellao langi.
Pada tahap ketujuh terjadi perkembangan pada lantai. Perubahan yang terjadi pada lantai disesuaikan dengan fungsinya. Bentuk rumah ini dikenal dengan nama banua bilolong tedon.
Pada tahap berikutnya mulai dikenal adanya tangga dibagian depan. Selain itu, masih ada perkembangan pada lantainya. Pada tahap ini masih terjadi perubahan pada lantai. Fungsi lantai ruang menjadi lebih sempurna. Letak tangga dipindah ke bagian bawah rumah panggung. Bentuk bangunan hasil perkembangan ini disebut banua diposi.
Perkembangan berikutnya terjadi pada lantai yang menjadi datar. Setelah itu perkembangan yang terjadi lebih banyak karena kebutuhan ruang dan konstruksi serta bahan yang dipakai. Untuk bangunan baru mulai digunakan bahan-bahan modern, seperti seng, sirap, paku, dan sebagainya.
Sumber: Buku Tongkonan Mahakarya Arsitektur Tradisional Suku Toraja
Comments
Post a Comment