Taukah kamu: Ciri Khas Tongkonan
CIRI KHAS TONGKONAN
Secara fisik tongkonan merujuk pada rumah adat masyarakat suku Toraja. Sebagaimana rumah adat daerah lain, tongkonan juga memiliki keunikan. Berikut ini beberapa ciri khas tongkonan.
Tongkonan merupakan rumah panggung yang berbentuk persegi panjang. Bahan utamanya terbuat dari lembaran papan dan batang kayu. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu uru yang merupakan tanaman lokal dari Sulawesi. Kayu uru memiliki kualitas yang sangat baik. Meskipun tidak dipernis atau dipelitur, kayu uru dapat bertahan hingga ratusan tahun. Bagian bawah rumah panggung dimanfaatkan sebagai kandang kerbau.
Atap banua tongkonan berbentuk melengkung seperti perahu dengan kedua ujung atap menjulang. Sekilas bentuknya mirip dengan rumah adat bolon dari Sumatra Utara. Bahan atapnya adalah tumpukan bilah bambu yang | bagian atasnya dilapisi rumbia, alang-alang, juk, atau seng. Bahkan ada juga tongkonan tua yang atapnya terbuat dari batu (banua dipapa batu).
Pada tiang utama (tulak somba) di bagian depan terdapat rangkaian tanduk kerbau. Tanduk-tandukkepala kerbau disusun berjajar dari atas ke bawah. Tanduk kerbau tersebut berasal dari pengorbanan saat upacara penguburan anggota keluarga. Jumlah tanduk kerbau melambangkan kemampuan ekonomi sang pemilik rumah. Hal itu juga menunjukkan tingginya derajat keluarga yang mendiami rumah tersebut. Semakin banyak tanduk yang terpasang, semakin tinggi pula status sosial keluarga pemilik rumah tongkonan.
Di bagian depan atas rumah terdapat patung kepala kerbau (kabongo). Ada tiga jenis patung kepala kerbau, yaitu warna hitam, putih, dan belang. Untuk pemilik rumah yang dituakan, ada tambahan patung kepala ayam atau naga.
Pada bagian kiri rumah yang menghadap ke arah barat dipasang rahang kerbau yang pernah disembelih. Sementara itu, pada bagian kanan yang menghadap ke arah timur dipasang rahang babi.
Tongkonan merupakan rangkaian bangunan yang terdiri atas banua sura' (rumah yang diukir/rumah utama) dan alang sura' (lumbung yang diukir). Keduanya dianggap sebagai pasangan suami-istri. Kadang-kadang dilengkapi dengan lumbung yang tidak berukir(lemba) danrumah panggung dengan ruangan yang lebih luas. Banua dan alang berperan sebagai pengganti orang tua. Banua melambangkan seorang ibu yang melindungi anak-anaknya. Sementara itu, alang melambangkan peran ayah yang menjadi tulang punggung keluarga. Letak deretan banua dan alang saling berhadapan.
Alang berfungsi untuk menyimpan padi yang masih ada tangkainya. Tiang-tiangnya terbuat dari kayu palem (bangah) yang licin. Dengan demikian, tikus tidak dapat masuk ke dalamnya. Pada bagian depan atas bangunan terdapat ukiran ayam dan matahari (pa'bare'allo) yang merupakan simbol untuk menyelesaikan perkara.
Diantara banua dan alang terdapat halaman memanjang yang disebut ulu ba'ba. Halaman ini biasanya dimanfaatkan untuk tempat bekerja, menjemur padi, tempat bermain anak- anak, serta menjadi "ruang pengikat" dan penyatu dalam kompleks. Selain itu, halaman tersebut juga menjadi tempat melangsungkan kegiatan ritual dalam upacara kematian atau pemakaman jenazah.
7. Menghadap ke Utara
Banua tongkonan selalu dibangun menghadap utara yang dihubungkan dengan arah sang pencipta, yaitu Puang Matua. Arah selatan dihubungkan dengan nenek moyang dan dunia kemudian atau puya. Arah timur dihubungkan dengan kedewaan (deata). Sementara itu, arah barat dikenal sebagai nenek moyang yang didewakan.
Banua tongkonan dan alang biasanya dibangun secara bertahap. Pembangunannya memiliki selisih walktu yang cukup lama. Jumlahnya menunjukkan tingkat sosial-ekonomi dari keluarga pemiliknya. Letak banua tongkonan tertua berada di ujung barat atau arah matahari tenggelam. Diikuti banua tongkonan berikutnya secara berturut-turut ke arah timur atau arah matahari terbit.
8. Ornamen Ukiran
Dinding tongkonan yang terbuat dari kayu dipenuhi dengan hiasan ukiran. Banyak sekali motif ukiran yang dibuat oleh suku Toraja. Setiap ukiran memiliki nama khusus. Motif ukiran ada bermacam-macam, seperti hewan, tumbuhan, bentuk geometri, benda di langit, cerita rakyat, dan lain-lain.
J.S. Sande menemukan setidaknya ada 67 motif ukiran Toraja. Ukiran-ukiran tersebut mengandung makna dan nilai-nilai kehidupan yang berhubungan erat dengan falsafah hidup orang Toraja. Diantaranya nasihat agar menjalani hidup dengan baik dan benar, selalu bekerja keras, saling menghargai, selalu menjaga persatuan dan kekeluargaan serta ketakwaan kepada Tuhan.
7. Menghadap ke Utara
Banua tongkonan selalu dibangun menghadap utara yang dihubungkan dengan arah sang pencipta, yaitu Puang Matua. Arah selatan dihubungkan dengan nenek moyang dan dunia kemudian atau puya. Arah timur dihubungkan dengan kedewaan (deata). Sementara itu, arah barat dikenal sebagai nenek moyang yang didewakan.
Banua tongkonan dan alang biasanya dibangun secara bertahap. Pembangunannya memiliki selisih walktu yang cukup lama. Jumlahnya menunjukkan tingkat sosial-ekonomi dari keluarga pemiliknya. Letak banua tongkonan tertua berada di ujung barat atau arah matahari tenggelam. Diikuti banua tongkonan berikutnya secara berturut-turut ke arah timur atau arah matahari terbit.
8. Ornamen Ukiran
Sumber Gambar: Kabar toraja.com |
Dinding tongkonan yang terbuat dari kayu dipenuhi dengan hiasan ukiran. Banyak sekali motif ukiran yang dibuat oleh suku Toraja. Setiap ukiran memiliki nama khusus. Motif ukiran ada bermacam-macam, seperti hewan, tumbuhan, bentuk geometri, benda di langit, cerita rakyat, dan lain-lain.
J.S. Sande menemukan setidaknya ada 67 motif ukiran Toraja. Ukiran-ukiran tersebut mengandung makna dan nilai-nilai kehidupan yang berhubungan erat dengan falsafah hidup orang Toraja. Diantaranya nasihat agar menjalani hidup dengan baik dan benar, selalu bekerja keras, saling menghargai, selalu menjaga persatuan dan kekeluargaan serta ketakwaan kepada Tuhan.
Sumber: Tongkonan Mahakarya Arsitektur Tradisional Suku Toraja
Comments
Post a Comment