Hermeneutik Yohanes 6:1-15 Dengan Menggunakan Metode Naratif
BAB III
HERMENEUTIK YOHANES 6:1-15
A. Defenisi
Hermeneutik
Sebelum
penulis menafsirkan ayat yang hendak ditafsir, maka penulis akan membahas
terlebih dahulu mengenai hermenutik. “Hermeneutika” berasal dari kata bahasa
Yunani Hermeneuein yang artinya menafsirkan.
Asal-usal kata tersebut tidak di ketahui, walaupun ada yang mengusulkan bahwa
kata itu berhubungan dengan nama dewa Hermes dari mitologi Yunani yang berperan
sebagai pembawa pesan dan penengah antara umat manusia dan para dewa yang jauh
tempat tinggalnya, yang menafsirkan perbuatan-perbuatan dan kata-kata para dewa
bagi umat manusia. Hermeneutika” melibatkan penggunaan beragam strategi membaca
secara teliti dan kreatif, yang dimaksudkan untuk menjembatani celah antara
nas-nas Kitab Suci kuno dan para pembaca modern … penafsiran Alkitab bertujuan
untuk memungkinkan umat Allah mendengarkan firman Allah secara terang-benderang
melalui ungkapan-ungkapan yang dipahami oleh segenap umat manusia yang sezaman,
sekalipun juga tetap setia pada kesaksian”.[38]
B. Langkah-langkah
Metode Naratif
Dalam buku karangan B. F Drewes yang berjudul “Satu
Injil Tiga Pekabar”, terdapat langkah-langkah penafsiran naratif yaitu:[39]
1. Peristiwa
2. Tokoh-tokoh
3. Latar
Waktu
4. Latar
Tempat
5. Gaya
Penceritaan
6. Sudut
Pandang
7. Alur
atau Plot
C.
Penerapan
Metode Naratif dari Yohanes 6:1-15
1. Peristiwa
Dalam Yohanes 6:1-15,
kita menemukan 5 peristiwa sebagai berukut:
Yang
pertama (ay.1-4): orang banyak mengikuti Yesus, alasan mereka mengikutiNya
karena mereka melihat Mujizat-mujizat penyembuhan
yang dilakukanNya. Adapun mujizat-mujizat penyembuhan sebelum pemberian makan
ini yaitu penyembuhan m seorang pegawai istana (4:46-54) dan penyembuhan pada
hari Sabat di kolam Betesda (5:1-18).
Yang
kedua (ay. 5-9): inisiatif Yesus mengemukakan persoalan kepada para murid, hal
itu dimaksudkan untuk menguji[40]
Filipus (ay. 6). Iman Filipus diuji untuk mengetahui seberapa dalamnya imannya kepada Yesus, Filipus merespon dengan
pernyataan “roti seharga dua ratus dinar
tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun mereka mendapat sepotong kecil
saja” (ay. 7). Sebenarnya jawaban Filipus ini cukup bisa dimaklumi, sebab
pada saat itu keadaannya benar demikian
mengingat jumlah orang banyak itu. Bahkan sekalipun mereka bisa membeli
makanan, uang mereka pasti tidak akan cukup, disini jelas bahwa Filipus
sangatlah realistis. Namun Filipus nampaknya meragukan kuasa Yesus untuk memenuhi kebutuhan orang banyak akan makanan
dengan pernyataan seperti itu. Begitupun dengan Andreas yang memberi solusi
dengan lima roti jelai dan dua ikan yang di dapatinya pada seorang anak (ay.
9). Lima roti jelai dan dua ikan merupakan potensi yang di dapati oleh Andreas, namun Andreas
menunjukkan sikap yang sama seperti Filipus dengan meragukan akan potensi lima
roti dan dua ikan yang di dapatinya pada seorang anak kecil dengan mengatakan :
“tetapi apakah artinya itu untuk orang
sebanyak ini? (ay. 9). Nampaknya memang Filipus dan Adreas hanya terbatas
pada roti duniawi, mereka tidak memikirkan alternatif lain yang pasti akan
terjadi. Mereka tidak sadar bahwa orang yang bersamanya yaitu Yesus adalah
Tuhan yang dapat memberikan kelimpahan makanan bahkan melampaui makanan yang
diberikan oleh nabi elisa dalam 2 Raj. 4:42-44, Padahal mereka berdua telah
bersama-sama dengan Yesus dan telah melihat mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Yesus.
Yang
ketiga (ay. 10-13): Ketika Filipus dan Adreas tidak mampu memberikan solusi
makan disinilah intervensi Allah nampak melalui Yesus. Yesus memberi solusi
atas persoalan ini, Yesus bertindak sebagai tuan rumah yang baik, mengucapkan
berkat syukur dan membagi-bagikan makanan. Dia menjamu tamu-tamuNya secara
melimpah, ay. 13 menggambarkan bahwa potongan-potongan roti yang tersisa dari
kelima roti jelai sebanyak 12 bakul penuh. Hal ini dimaksudkan untuk menekankan
kelimpahan karunia yang diberikan Allah melalui Yesus Kristus.
Yang
keempat (ay. 14-15): efek dari tindakan mengherankan yang Yesus lakukan yaitu
pengakuan dari orang-orang yang melihat mujizat tersebut yaitu bahwa “Dia adalah benar-benar Nabi yang akan datang
ke dalam dunia[41]”
(bdk. Ay 14), menunjuk pada konsep Mesias sebagai tokoh seperti nabi, orang
Israel dengan penuh keyakinan mengharapkan sang Mesias dan menjadi seorang nabi
besar[42]
tetapi dalam ay. 15 rupanya mereka menyamakannya dengan raja. Konsep semacam
ini biasanya dikaitkan dengan Mesias sebagai orang yang akan membarui kerajaan
Daud secara politis.[43] Namun
Yesus tidak menghendaki hal yang demikian karena Mesias politis berlawanan
dengan kuasa Yesus sebagai raja (lih. Yoh. 18:36) sehingga Yesus menyingkir ke
gunung seorang diri.
2. Tokoh-tokoh
Dalam
kisah ini, Yesus, Filipus dan Andreas berperan sebagai pelaku utama aktif sedangkan
seorang anak dan orang banyak sebagai pelaku pasif. “seorang anak” dalam teks
ini tidak dijelaskan siapa namanya, tetapi dalam teks Yunani menggunakan kata παιδάριον (paidarion) yang juga bisa berarti
seorang anak perempuan atau wanita muda.[44]
Orang
banyak dalam ay. 10 disebutkan bahwa lima ribu laki-laki banyaknya. Bisa saja orang
banyak ini tertarik mengikuti Yesus karena mujizat yang dilakukan Yesus.
Diantara orang-orang itu terdapat pula orang-orang yang tidak tertarik
kepadaNya. Mereka hanya ingin memuaskan rasa ingin tahu mereka atas keajaiban
yang mereka lihat itu, namun hati nurani mereka tidak diyakinkan oleh kuasa
mujizat-mujizat itu.[45]
Jika
dilihat dari intensitas kehadiran, ciri dan sifat para tokoh dalam kisah, maka
penokohan dalam kisah ini dapat dikategorikan sebagai berikut:
Yesus:
tokoh protagonis bundar[46]
karena Yesus tampil dalam keseluruhan cerita, melakukan perubahan berupa
mengambil inisiatif untuk memberi makan orang banyak dan melakukan mujizat.
Filipus
dan Andreas: tokoh deutragonis[47]
karena Filipus dan Andreas berusaha memberikan sumbangsi pemikiran kepada
Yesus.
Seorang
anak: foil[48]
karena kehadiran seorang anak yang mempunyai bekal lima roti jelai dan dua ikan
membuka peluang bagi Yesus untuk memberi makan banyak orang yang mengikutiNya.
Orang
banyak: meskipun tidak dijelaskan secara detail mengenai siapa orang-orang
banyak ini namun orang banyak ini mengambil suatu peranan penting dalam
keseluruhan cerita yakni menampilkan kemauan Yesus untuk mengadakan mujizat.
Jika
lebih memperhatikan fungsi peran dengan menggunakan sistem aktan, maka aktan[49]
dalam kisah ini adalah:
Subjek:
Yesus
Objek:
roti dan ikan
Penerima:
orang banyak
Pembantu:
Filipus, Andreas dan seorang anak
3. Latar Waktu[50]
Pada
ayat pertama dikatakan “sesudah itu”[51],
jika kita memperhatikan beberapa terjemahan pembanding maka keterangan ini
merujuk pada persitiwa sebelumnya. Dalam Injil Yohanes, peristiwa sebelumnya
yaitu penyembuhan pada hari Sabat di kolam Betesda yang letaknya berada di
Yerusalem. Jika kita melihat di peta[52]maka
jarak antara Yerusalem dan Galilea tergolong cukup jauh, sehingga kata
“sesuadah itu” dapat saja merujuk kepada penyembuhan di kolam Betesda tetapi
bisa juga merujuk pada peristiwa-peristiwa yang lain. Penafsir seperti Matthew
Henry juga sulit menentukan apakah peristiwa sebelumnya yang di maksudkan itu
merujuk kepada penyembuhan di kolam Betesda[53].
Namun,
pada ayat 4 kita diberi tahu bahwa peristiwa itu memang terjadi ketika Paskah sudah dekat. Peristiwa Paskah
dalam Yohanes ini dapat berarti tiga hal:
a. Mungkin
karena hari raya itu telah mengumpulkan kembali para rasul dari perjalanan
mereka masing-masing, yaitu dari tempat mereka diutus sebagai pengkhotbah
keliling, supaya mereka dapat bersama-sama Guru mereka ke Yerusalem untuk
merayakan hari raya itu.
b. Karena
sudah menjadi kebiasaan orang Yahudi untuk merayakan dengan setia masa
menjelang paskah itu tiga puluh hari sebelumnya dengan penuh kehikmatan. Lama
sebelum hari raya itu tiba, jika ada kesempatan, mereka akan memperbaiki jalan
dan jembatan, serta berbicara tentang paskah dan riwayat penempatannya.
c. Mungkin
karena dengan semakin mendekatnya hari raya Paskah, setiap orang mengetahui
bahwa Kristus akan pergi ke Yerusalem dan tidak dapat dijumpai selama beberapa
waktu. Hal ini mendorong orang banyak semakin sering mengikuti Dia dan lebih
rajin tinggal bersamaNya.
jika
menarik benang merah dari latar waktu ini, maka penulis mengambil kesimpulan
dalam kata “sesudah itu” merujuk kepada peristiwa penyembuhan pada hari Sabat
(5:1-18), mengingat bukti yang mendukung akan hanyalah Alkitab sebagai
satu-satunya dokumen yang mengisahkan kejadian tersebut.
4. Latar
Tempat
Latar
tempat dicatat untuk memberikan bukti yang lebih meyakinkan tentang kebenaran
kisah itu. Segala keadaan yang menyertai terjadinya mujizat itu digambarkan
dengan jelas, sehingga dapat diselidiki dengan mudah.
Daerah
tempat Yesus berada (ay.1): Ia berangkat
ke seberang danau Galilea, yaitu di tempat yang disebut danau Genasaret,
dan disini disebut danau Tiberias. Tempat ini berdampingan dengan sebuah kota
yang belum lama diperintah oleh Herodes, dan dinamakan Tiberias untuk
menghormati Tiberius, kaisar Romawi. [54]
Nama Tiberias digunakan sesudah Herodes Antipas membangun kota Tiberias di
pantai barat danau ini, sekitar tahun 25 M. Seberang,artinya:
pantai sebelah timur.[55] Daerah Galilea biasanya menerima makna
tipologis dalam Injil Markus sebagai tempat pemberitaan dan pekerjaan Yesus,
sebelum Dia menuju ke Yerusalem untuk disalibkan dan dibangkitkan (lih. 1:14;
39; 3:7). Dan di daerah Galilealah Yesus yang bangkit akan bertemu kembali
dengan para murid (14:28; 16:70).[56]
Jika
kita memperhatikan ayat 3 “Dan Yesus naik keatas gunung[57]
dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya” menunjukkan bahwa pada saat itu latar
tempat berada di atas gunung. Latar tempat ini di jelaskan bahwa tempat itu
dipenuhi oleh rumput (ay.10)
5. Gaya
Penceritaan
Dalam teks ini, penulis kitab memaparkan
Yohanes 6:1-15 dengan gaya penceritaan bentuk dialog. Yesus membuka dialog
antara diriNya dengan Filipus dan Andreas mengenai kebutuhan orang banyak akan
makanan. Dialog dalam sebuah cerita sangatlah penting
karena dialog dapat menampakkan karakter tokoh dan dapat memperkaya plot dalam
cerita tersebut. Melalui dialog juga dapat menghubungkan adegan per adegan
sehingga sebuah cerita dapat dimengerti alur dan maksudnya oleh pembaca.
Irama waktu dalam teks ini juga dapat
dilihat dengan jelas. Dalam ay. 1 “Sesudah
itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias” dan
dalam ay. 16 “ Dan ketika hari sudah
mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu”
digambarkan bahwa peristiwa ini terjadi dalam waktu kurang dari satu hari saja
sehingga irama waktu dalam teks ini sangat singkat namun ceritanya di tuturkan
secara panjang lebar.
6. Sudut
Pandang
Jika
kita memperhatikan Yohanes 6:1-15 maka sudut pandang penulis dapat kita lihat
seperti sudut pandang tokoh atau karakterisasi[58].
Filipus digambarkan oleh penulis sebagai tokoh yang bersifat rasional, terbuti
ketika Yesus menguji Filipus, dia terjebak dalam kalkulasi rasional tentang
seberapa banyak uang yang di butuhkan untuk memberi orang banyak makan.
Begitupun dengan Anderas di gambarkan sebagai tokoh yang ragu-ragu. Dia ragu
mengenai apa yang dapat dilakukan dengan lima roti dan dua ikan yang di
jumpainya pada seorang anak (ay. 9). Yesus kemudian digambarkan oleh narator
sebagai pengambil inisiatif dalam hal ini mulai dari sampainya Dia bersama
dengan murid di danau Galilea sampai menyingkirnya Dia ke atas gunung, Yesus
terus menerus mengambil inisiatif.
Inisiatif-inisatif yang dilakukan oleh Yesus yaitu naik keatas gunung dan duduk
di situ (ay.3), inisiatif Yesus mengemukakan masalah makanan kepada Filipus
(ay.5), inisiatif Yesus menjadi tuan rumah yang baik dengan menyuruh orang
banyak duduk kemudian mengucap syukur atas lima roti dan dua ikan agar orang banyak
dapat makan (ay.10-11), inisiatif Yesus untuk menyusuh muridnya mengumpulkan
potongan sisa dari makanan tersebut (12-13), dan inisiatif Yesus untuk
menghindar karena maksud orang banyak ingin menjadikan Dia raja (ay. 15).
Terdapat
pula sudut pandang waktu dalam teks ini, dimana dikisahkan bahwa kejadian ini terjadi
menjelang Paskah orang Yahudi (ay.4). Keterangan ini nampaknya tidak hanya memberi
sebuah informasi tentang waktu. Keterangan ini berhubungan langsung dengan inti
kisah yang akan disampaikan, yakni tentang roti yang dibagikan oleh Yesus
sebagai makanan yang berkelimapahan yang diberikan oleh Allah.[59]
Penulis
juga mau menjelaskan kepada pembacanya tentang roti jelai dan ikan. Kanaan
dikenal sebagai negeri gandum (Ul. 8:8), pada umumnya penduduknya makan gandum
yang terbaik (Mzm. 81:17),[60]
namun yang ditemui oleh seorang murid dalam kisah ini hanyalah 5 roti jelai.
Roti jelai adalah roti yang paling murah dan biasanya selalu dipandang rendah.
Di
dalam Mishnah[61]
ada peraturan tentang persembahan yang harus di bawa oleh wanita yang berzinah.
Tentu saja wanita itu harus mempersembahkan persembahan pelanggaran.
Bersama-sama dengan persembahan yang lain haruslah ada persembahan makanan.
Persembahan makanan ini harus di buat dari tepung, anggur dan minyak yang
dicampur. Biasanya tepung yang di pakai adalah tepung gandum. Tetapi ada
ketentuan, bahwa untuk persembahan zinah, tepungnya bisa tepung jelai, karena
jelai adalah makanan binatang buas dan dosa wanita itu adalah dosa binatang
buas.[62]
Terdapat
pula dua ikan (ay. 9) dalam teks ini. Penafsir seperti Matthew Henry
berpendapat bahwa ikan tersebut telah diawetkan[63],
sebab tidaklah mungkin untuk membawa ikan segar dalam suatu perjalanan tanpa
mengalami kebusukan. Di danau Galilea, ikan-ikannya kecil seperti ikan sarden,
kemungkinan besar ikan itulah yang kemudian di awetkan untuk menjadi bekal
dalam perjalanan dan Pada saat itu ikan segar benar-benar merupakan suatu
kemewahan.[64]
Dengan
demikian 5 roti jelai dan dua ikan yang penulis gambarkan dalam cerita ini mau
memperlihatkan kepada pembaca bahwa kondisi orang pada saat itu terglong miskin.
7. Alur
dan Plot
Jika
kita meninjau Yohanes 6:1-15 dalam
rangka menentukan alur dan plot cerita, maka dapat di lihat bahwa bagian ini
dimulai dengan peristiwa orang banyak yang berbondong-bondong mengikuti Yesus
karena mujizat-mujizat penyembuhan yang Dia lakukan sebelumnya. Karena
kehadiran orang banyak ini, Yesus berinisiatif untuk memberi mereka makan
dengan bertanya kepada Filipus dan Andreas. Ketika kedua murid tersebut tidak
mampu menyelesaikan persoalan, maka kuasa Allah dinampakkan dalam diri Yesus
dimana Yesus kemudian menyelesaikan masalah tersebut secara ajaib dengan mengadakan mujizat. Atas
kejadian ini, orang banyak kemudian berkata bahwa Yesus benar-benar nabi yang
akan datang ke dalam dunia.
Teks
ini dimulai dengan rasa kagum orang banyak akan kuasa Yesus menyembuhkan,
kemudian ada diskusi dan pendapat antara Yesus dan murid-muridNya dan diakhiri
dengan perkataan orang banyak bahwa Dia benar-benar nabi yang akan ke dalam
dunia.
Signifikansi
dari keseluruhan plot dan alur dalam teks ini yaitu mau menjelaskan kepada
pembaca bahwa walaupun Yesus mempunyai kuasa untuk mengadakan mujizat, namun
Dia juga mau mendengarkan pendapat dari para muridNya mengenai persoalan yang
dialami dan bagaimana mengatasi persoalan tersebut.
D. Relevansi
Yohanes 6:1-15
Bagian
ini menjadi tahap akhir dalam bab ini, penulis akan menguraikan relevansi dari
hasil tafsiran mengenai makna Yesus memberi makan banyak orang dengan roti dan
ikan dalam Injil Yohanes 6:1-15.
Menurut
penulis, makna Yesus memberi makan dalam Injil Yohanes 6:1-15 untuk meyakinkan
orang banyak termasuk Filipus dan Andreas bahwa diriNya betul-betul Tuhan yang
berkuasa dan peduli akan segala kebutuhan manusia. Dalam konteks Yohanes
6:1-15, Filipus dan Andreas digambarkan sebagai orang yang masih ragu-ragu
dengan kuasa Yesus untuk memenuhi kebutuhan orang banyak akan makanan dengan
pernyataan-pernyataan yang mereka ucapkan. Mereka terjebak dalam kalkulasi
rasional tentang seberapa besar uang, seberapa banyak roti dan ikan yang
dibutuhkan agar kebutuhan orang banyak tersebut dapat terpenuhi. Jumlah
tersebut merupakan jumlah yang sangat besar sekali, disebutkan dalam teks bahwa
5000 orang (ay. 10) laki-laki belum termasuk wanita dan anak-anak, jadi wajar
jika Filipus dan Andreas menggunakan kalkulasi rasionalnya sebagai manusia
untuk berusaha memenuhi kebutuhan orang banyak tersebut. Padahal sebenarnya
mereka sadar bahwa orang yang bersama-sama dengan mereka adalah orang yang sama
yang telah mengadakan mujizat-mujizat penyembuhan dan bahkan mencukupkan anggur
ketika perkawinan di Kana (2:1-11) tidak lain adalah Tuhan sendiri. Di dalam
ketidakmampuan mereka untuk memberikan solusi atas permasalahan tersebut, maka
intervensi Allah nampak di dalam Yesus Kristus. Yesus Kristus sebagai tokoh
utama yang sebenarnya dari awal cerita sebagai pengambil inisiatif kemudian
menjawab persoalan tersebut. Yesus dengan kuasaNya kemudian mengucap syukur
atas potensi (modal) lima roti dan dua ikan yang di dapati oleh seorang murid
bernama Andreas pada seorang anak. Dengan modal tersebut kemudian orang banyak
dapat makan dengan kenyang dan bahkan masih tersisa 12 bakul penuh. Atas kejadian
tersebut, maka 5000 orang yang disebut sebagai orang banyak tersebut berkata
bahwa Yesus betul-betul nabi yang akan datang ke dalam dunia.
Jika
dihubungkan dengan keadaan sosial jemaat masa kini di Tana Toraja, maka gereja
sebagai utusan Tuhan di dunia ini, harusnya tidak takut akan berbagai macam
persoalan, termasuk pesoalan kemiskinan yang dialami warganya. Dalam data yang
dipaparkan dalam bab sebelumnya, bahwa sebanyak 28.590 penduduk miskin di Tana
Toraja, sebanyak 22.658 adalah orang Kristen dan kemiskinan tersebut belum
mampu teratasi dengan baik sampai sekarang. Keadaan tersebut diwakili oleh
Filipus dan Andreas yang tidak mampu mengatasi persoalan pemberian makan di
dalam teks. Dengan demikian, Gereja harus berupaya semaksimal mungkin untuk
membantu dan memberdayakan warganya yang tergolong miskin secara ekonomi
tersebut. Gereja sebagai organisasi haruslah memanfaatkan dan memberdayakan setiap
potensi yang dimiliki oleh anggota jemaatnya untuk dikembangkan demi
kelangsungan hidup mereka. Baik gereja yang sudah maju maupun gereja yang masih
berkembang dalam hal perekonomian anggotanya harus sama-sama menyadari
intervensi Allah dalam setiap usaha-usaha mereka bahwa dalam ketidakmampuan
untuk memenuhi kebutuhan, masih ada Allah yang akan menolong dan memberikan
solusi yang tidak terduga atas permasalahan tersebut. Dibutuhkan juga
orang-orang yang tepat dan berkompeten untuk mengelola diakonia gereja seberapapun
kecilnya, sehingga pelayanan dapat dilakukan dengan baik demi kesejahteraan
anggota gereja (bdk. Gal. 6:9-10).
[38] Pauline Hoggarth, Menabur Firman, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2014)
h. 72
[40] Dalam ITB
menggunakan kata “mencobai”. bahasa Yunani menggunakan kata πειράζων adalah kata kerja partisp presen aktif
maskulin tunggal dari kata πειράζω yang berarti to test (untuk mengetes/ menguji), tempt (menggoda), attempt
(mencoba). Dalam terjemahan KJV dan ASV menggunakan kata “prove” (membuktikan),
sedangkan NIV dan NAS menggunakan kata “to test” (untuk mengetes/menguji). BIS
juga menggunakan kata “menguji”. Penulis memilih kata menguji.
[41] Kata “yang akan
datang ke dalam dunia” (ITB) dalam bahasa Yunani ἐρχόμενος (to come, go) εἰς (into) τὸν (the) κόσμον (world). Jika diterjemahkan “datang ke dalam dunia”. Terjemahan NAS, NIV,
menggunakan “to come into the world” (yang akan datang ke dalam dunia), KJV
menggunakan “should come into the world” (harus datang ke dalam dunia), ASV
menggunakan “that cometh into the world” (yang datang ke dunia). BIS menggunakan
“diharapkan datang ke dunia”.
[44] Bdk. Brian
Simmons, Eternal Love, The Passion
Translation (USA: BroadStreet Publishing Group, 2015), h. 56.
[46] Protagonis
merupakan tokoh utama dalam buku, film, permainan video, maupun teater.
[47] Peran tokoh
deutragonis adalah ikut mendukung menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh
tokoh protagonis
[48] Foil adalah
peran yang tidak secara langsung terlibat dalam konflik (pasif) yang terjadi
tetapi ia diperlukan guna menyelesaikan cerita. Biasanya ia berpihak pada tokoh
antagonis.
[49] Teori aktan
diperkenalkan oleh Algirdas julian Greimas seorang peneliti prancis penganut
teori struktural (Teeuw, 1984:293). Sebagai seorang penganut teori
strukturalisme berhasil mengembangkan strukturalisme naratif dan memperkenalkan
konsep satuan naratif terkecil yang disebut aktan.
[51] Dalam teks
asli menggunakan kata Μετὰ (with,
after) ταῦτα (this,
she, he, is) dan dalam terjemahan ASV, KJV dan NAS menggunakan kata “after
these things” dan NIV menggunakan kata “some time after this”. BIS menggunakan
kata “beberapa waktu kemudian dan ITB menggunakan kata “sesudah itu”
[57] Teks asli ὄρος yang berarti “Mountain” (gunung).
Terjemahan ASV, KJV, NAS, NIV menggunakan kata “mountain” begitupun dengan ITB.
Sedangkan terjemahan BIS menggunakan kata “bukit”
[58] Yang di
maksud sudut pandang tokoh/ karakterisasi di sini ialah tokoh yang muncul dalam
suatu cerita dihidupkan oleh pencerita dengan cara tertentu dan cara ini
mempengaruhi pandangan pembaca terhadapnya. Pencerita dapat menceritakan secara
langsung bagaimana keadaan tokoh tersebut, termasuk perasaannya dan pikirannya.
Lih. B. F Drewes, h. 352
[61] Wikipedia:
Mishnah adalah catatan tulisan dari hukum lisan Taurat dari orang Yahudi dari
generasi ke generasi.
[62] William
Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari
Injil Yohanes Pasal 1-7 (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2006), h. 344-345
Comments
Post a Comment